iv style="padding:5px 20px; border:2px solid blue; font-size:21px; font-family:Cataneo BT;font-weight:bolder;">
Funny Comments Pictures

Selasa, 30 Oktober 2012

I. SIAPAKAH ANAK USIA DINI ITU? Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (http:www.naey.org) yang merupakan individu yang sementara mengalami proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental menuju kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia ini, merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Bentuk perlakuan yang diberikan pada usia anak disini harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki untuk setiap perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dan pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Rentang usia ini sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen diri anak, selain itu juga anak mampu menyerap informasi yang cukup tinggi. Rentang usia dini bagi anak adalah masa peka, masa egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan, oleh karena itu sebaiknya rentang usia ini diberi: a. Kesempatan untuk bermain dengan menunjukkan permainan yang dapat memicu munculnya masa peka /menumbuhkembangkan potensi anak. b. Pengertian secara bertahap agar menjadi mahluk social yang baik mengingat masa disini adalah masa egosentris yang seolah-olah dialah yang paling benar, selalu mau menang sendiri, dan harus selalu dituruti. c. Contoh atau panutan yang baik, mengingat pada usia ini proses peniruan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya tanpak semakin meningkat (termasuk tontonan TV). d. Keluwesan bermain di luar rumah bersama temannya, agar anak dapat lebih bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan social sekitarnya e. Kebebasan bereksplorasi, agar anak dapat bebas memanfaatkan benda-benda sekitarnya meskipun melakukan trial and error (anak adalah penjelajah ulung). f. Waktu pendinginan (cooling down), usia dini adalah masa anak membangkang, olehnya itu disarankan bagi orang tua/orang dewasa agar tidak memarahi anak pada saat terjadi pembangkangan karena pada masa ini pasti dilalui oleh setiap anak. II. DIMANA SAJA LEMBAGA PAUD ? Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah tersebar diberbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun atau sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional pada Bab VI pasal 28 menyatakan bahwa: a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. b. Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. c. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat. d. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat. e. PAUD pada jalur pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga. III. SIAPA PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKNYA ? Pendidik di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus di bidang keusiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang pendidik PAUD adalah : a. Memiliki charisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan. b. Memiliki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. c. Memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas secara professional. Peraturan pemerintah Nomor 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa pendidik Anak Usia Dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Sosok utuh kompetensi professional guru PAUD, dijabarkan dalam kompetensi akademik guru PAUD berikut: a. Mengenal anak secara mendalam b. Memahami perkembangan anak (mengenali, mengidentifikasi kebutuhan, potensi serta permasalahannya). c. Menyelenggarakan kegiatan belajar melalui bermain yang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadi yang utuh (wawasan pendidikan dan pembelajaran anak, bidang pengembangan). d. Memiliki kebiasaan untuk mengembangkan professionalitas secara berkelanjutan. IV. BAGAIMANA BELAJAR ANAK USIA DINI ? Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistematik yang lebih dikenal dengan pendekatan system “ system Approach”, yang di dalamnya terdapat komponen: anak, lembaga/departemen/instansi terkait, lembaga PAUD(Posyandu, BKB,TPA, KB,TK, dan TK Al-Qu’ran), orang tua, masyarakat, serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang ikut berperan. Program layanan PAUD berbentuk program yang meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal yang meliputi: kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa/berkomunikasi, daya cipta/kreatifitas, daya pikir/kecerdasan, perasaan/emosi/disiplin, kemadirian, kemampuan bermasyarakat, keterampilan (motorik halus) dan jasmani (motorik kasar). Materi kesehatan diintegrasikan ke materi yang relevansi. Program pembelajaran di lembaga PAUD bertujuan untuk : a. Meningkatkan keyakinan dalam beragama b. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak c. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional d. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa f. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman g. Mengembangkan kordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni h. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani Bentuk pelaksanaan pembentukan perilaku adalah: kegiatan rutin, yang dilakukan setiap hari selama proses berlangsung dari awal sampai akhir serta kegiatan spontan, kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga ketika suatu kondisi terjadi. Jakarta, 19 September 2012 Mahasiswa Pascasarjana UNJ Murniati M No.Reg.7516120258
I. SIAPAKAH ANAK USIA DINI ITU? Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (http:www.naey.org) yang merupakan individu yang sementara mengalami proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental menuju kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia ini, merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Bentuk perlakuan yang diberikan pada usia anak disini harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki untuk setiap perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dan pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Rentang usia ini sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen diri anak, selain itu juga anak mampu menyerap informasi yang cukup tinggi. Rentang usia dini bagi anak adalah masa peka, masa egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan, oleh karena itu sebaiknya rentang usia ini diberi: a. Kesempatan untuk bermain dengan menunjukkan permainan yang dapat memicu munculnya masa peka /menumbuhkembangkan potensi anak. b. Pengertian secara bertahap agar menjadi mahluk social yang baik mengingat masa disini adalah masa egosentris yang seolah-olah dialah yang paling benar, selalu mau menang sendiri, dan harus selalu dituruti. c. Contoh atau panutan yang baik, mengingat pada usia ini proses peniruan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya tanpak semakin meningkat (termasuk tontonan TV). d. Keluwesan bermain di luar rumah bersama temannya, agar anak dapat lebih bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan social sekitarnya e. Kebebasan bereksplorasi, agar anak dapat bebas memanfaatkan benda-benda sekitarnya meskipun melakukan trial and error (anak adalah penjelajah ulung). f. Waktu pendinginan (cooling down), usia dini adalah masa anak membangkang, olehnya itu disarankan bagi orang tua/orang dewasa agar tidak memarahi anak pada saat terjadi pembangkangan karena pada masa ini pasti dilalui oleh setiap anak. II. DIMANA SAJA LEMBAGA PAUD ? Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah tersebar diberbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun atau sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional pada Bab VI pasal 28 menyatakan bahwa: a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. b. Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. c. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat. d. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat. e. PAUD pada jalur pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga. III. SIAPA PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKNYA ? Pendidik di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus di bidang keusiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang pendidik PAUD adalah : a. Memiliki charisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan. b. Memiliki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. c. Memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas secara professional. Peraturan pemerintah Nomor 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa pendidik Anak Usia Dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Sosok utuh kompetensi professional guru PAUD, dijabarkan dalam kompetensi akademik guru PAUD berikut: a. Mengenal anak secara mendalam b. Memahami perkembangan anak (mengenali, mengidentifikasi kebutuhan, potensi serta permasalahannya). c. Menyelenggarakan kegiatan belajar melalui bermain yang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadi yang utuh (wawasan pendidikan dan pembelajaran anak, bidang pengembangan). d. Memiliki kebiasaan untuk mengembangkan professionalitas secara berkelanjutan. IV. BAGAIMANA BELAJAR ANAK USIA DINI ? Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistematik yang lebih dikenal dengan pendekatan system “ system Approach”, yang di dalamnya terdapat komponen: anak, lembaga/departemen/instansi terkait, lembaga PAUD(Posyandu, BKB,TPA, KB,TK, dan TK Al-Qu’ran), orang tua, masyarakat, serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang ikut berperan. Program layanan PAUD berbentuk program yang meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal yang meliputi: kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa/berkomunikasi, daya cipta/kreatifitas, daya pikir/kecerdasan, perasaan/emosi/disiplin, kemadirian, kemampuan bermasyarakat, keterampilan (motorik halus) dan jasmani (motorik kasar). Materi kesehatan diintegrasikan ke materi yang relevansi. Program pembelajaran di lembaga PAUD bertujuan untuk : a. Meningkatkan keyakinan dalam beragama b. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak c. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional d. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa f. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman g. Mengembangkan kordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni h. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani Bentuk pelaksanaan pembentukan perilaku adalah: kegiatan rutin, yang dilakukan setiap hari selama proses berlangsung dari awal sampai akhir serta kegiatan spontan, kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga ketika suatu kondisi terjadi. Jakarta, 19 September 2012 Mahasiswa Pascasarjana UNJ Murniati M No.Reg.7516120258
Metode Montessor By : Murniati,M Disampaikan pada : Diskusi Panel kelompok tanggal 31 oktober 2012 di UNJ A. PENDAHULUAN Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim. Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program pembelajaran untuk anak usia dini. B. PEMBAHASAN Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Sejarah Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori. Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi. Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA). 1. Perkembangan Anak Usia Dini Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). 4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan. Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat. 2. Pembelajaran Pada Taman kanak-Kanak Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain. Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah: 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. 2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya 4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan 5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari 6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun 7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung 8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri. Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak. Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun. Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut: a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan mampu membaca pada usia 3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 % pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya. Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreaktif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. . Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar. Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan. Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif, tak pernh diam dan berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari. C. KESIMPULAN Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak. 2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. 3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu: a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik, b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain. c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis. e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi. 4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka. HIDUP BERMASYARAKAT II.1. Masa Emas Menurut MontessoriMenurut Montessori pembabakan masa usia seperti ini memperjelas pemahaman tentang perkembangan anak. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Tabel: Masa ‘Emas’ Menurut Montessori USIA ANAK (tahun)PERIODE PERKEMBANGAN Lahir-3 Perkembangan kepekaan inderawi dan pikiran yang sudah dapatmenyerap stimulus melalui panca indera1 ½ - 3Perkembangan kepekaan dan kemampuan berbahasa (menirukan, berkomunikasi dua arah)1 ½ - 4Perkembangan kordinasi dan gerakan ototTertarik dengan objek-objek yang kecil2 – 4Pematangan kordinasi gerakanPeduli/mempertanyakan kebenaran dan kenyataanSadar akan ruang dan waktu2½ - 6Pematangan pada kepekaan inderawi3 - 6‘Tunduk’ pada pengaruh orang dewasa3½ - 4½Perkembangan kemampuan menulis4 – 4½Perkembangan kemampuan fisik 4½ - 5½Perkembangan kemampuan membacaSumber: Hainstock, 1997:7 II. 2. Sensitive PeriodeMaria Montessori percaya bahwa manusia melalui serangkaian perkembangan dalam pembelajaran selama usia pra-sekolah. Usia pra-sekolahmenjadi salah satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada saatitu anaka mengalami perkembangan pesat. Masa penting pra-sekolah itu. KEISTIMEWAAN METODE MONTESSORI Di saat-saat kondisi dunia pendidikan Indonesia seperti ini, rasanya masih banyak saja wacana metode-metode sekolah yang berkembang di masyarakat. Kali ini ooh-gitu.com mencoba membahas salah satu wacana metode pendidikan usia dini, yakni Montessori. Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Jadi, orang tua juga harus hati-hati dalam memilih sekolah dengan metode ini. Lakukanlah survey, lihat kondisi sekolah dan bila perlu ikut "Trial" yang biasanya gratis untuk diikuti. Selain itu kesiapan anak dalam mengikuti pre-school juga merupakan aspek yang musti dilihat. Untuk apa keluar biaya mahal-mahal tapi hasilnya tidak optimal. Dari pantauan model sekolah Montessori yang ada, kecenderungan membentuk anak yang mandiri, berkembang dengan alami sesuai dengan minat/bakat, memupuk rasa percaya diri yang tinggi, membentuk budaya disiplin untuk pola hidup yang teratur, rapi dan bersih. Tidak mengherankan ada beberapa prinsip pengajaran yang berbeda bila dibandingkan dengan sekolah konvensional. Salah satunya adalah membiarkan anak melakukan aktifitas seni mewarnai sebebasnya dalam menentukan warna sebuah obyek. Misalnya, mereka bisa saja mewarnai awan dengan kuning, pohon dengan biru dan sebagainya. Kebebasan berekspresi akan memupuk rasa percaya diri dan membangun kreatiitas yang tinggi. Hal ini berbeda dengan jaman kita sekolah dulu selalu di "cekokin" warna awan harus putih, langit dengan biru dan sebagainya. Dalam hal seni tari, pada saat di panggung mereka juga dibiarkan bila melakukan kesalahan dan mereka tetap percaya diri di atas panggung. Itulah gambaran metode montessori yang mudah-mudahan bisa menjadi pertmbangan. Disebutnya dengan Sensitive Periode. Pada masa ini anak harus dilatih dalam pekerjaan praktis. Misalnya mengikat tali sepatu, mecuci piring, dan pekerjaanringan lainnya. Pekerjaan itu makin lama makin dipersukar dan disini kesabarananak makin bertambah. Orang dewasa hanya berperan sebagai pemimpinsekaligus pengawas, tetapi bukan guru. Berikut ini adalah hal-hal praktis yang biasa dilakukan di sekolah “Childrens House” milik Montessori: Alokasi Waktu Kegiatan 9:00 am10:00 am •Masuk. •Memberi salam. •Pemeriksaan kebersihan pribadi. •Latihan kehidupan praktis(saling membantu mengenakan celemek,dan pergi ke kelas untuk melihat bahwa segala sesuatu telah bersih danrapi. Kebahasaan: menceritakan kembali tentang kejadian kemarin. 10:00 am11:00 am •Istirahat sejenak. •Latihan intelektual. (latihan tatanama dan latihan logika) 11:00 am11:30 am •Senam sederhana (gerakan dilakukan dengan anggun, berdiri tegak, berjalan, berbaris rapi dalam antrean, salam, gerakan untuk perhatian) 11:30 am12:00 pm •Makan siang dan berdoa secara singkat.12:00 pm01:00 pm •Bebas bermain 01:00 pm02:00 pm •Permainan Outdoor. Selama periode ini pada gilirannya anak-anak yang lebih tua pergi melalui dengan latihan-latihan hidup praktis,(membersihkan ruangan, debu, menata rapi) 02:00 pm03:00 pm •Kerajinan tangan dan trampilan. Mendesain.03:00 pm04:00 pm •Senam dan bernyanyi bersama sebisa mungkin outdoor . •Latihan untuk mengembangkan pemikiran: Mengunjungi, danmerawat, tanaman dan hewan •Penutupan.

METODE MONTESSORI

Metode Montessori By : Murniati,M Disampaikan pada : Diskusi Panel kelompok tanggal 31 oktober 2012 di UNJ A. PENDAHULUAN Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim. Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program pembelajaran untuk anak usia dini. B. PEMBAHASAN Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Sejarah Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori. Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi. Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA). 1. Perkembangan Anak Usia Dini Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). 4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan. Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat. 2. Pembelajaran Pada Taman kanak-Kanak Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain. Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah: 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. 2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya 4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan 5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari 6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun 7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung 8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri. Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak. Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun. Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut: a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan mampu membaca pada usia 3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 % pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya. Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreaktif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. . Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar. Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan. Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif, tak pernh diam dan berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari. C. KESIMPULAN Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak. 2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. 3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu: a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik, b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain. c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis. e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi. 4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka. HIDUP BERMASYARAKAT II.1. Masa Emas Menurut MontessoriMenurut Montessori pembabakan masa usia seperti ini memperjelas pemahaman tentang perkembangan anak. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Tabel: Masa ‘Emas’ Menurut Montessori USIA ANAK (tahun)PERIODE PERKEMBANGAN Lahir-3 Perkembangan kepekaan inderawi dan pikiran yang sudah dapatmenyerap stimulus melalui panca indera1 ½ - 3Perkembangan kepekaan dan kemampuan berbahasa (menirukan, berkomunikasi dua arah)1 ½ - 4Perkembangan kordinasi dan gerakan ototTertarik dengan objek-objek yang kecil2 – 4Pematangan kordinasi gerakanPeduli/mempertanyakan kebenaran dan kenyataanSadar akan ruang dan waktu2½ - 6Pematangan pada kepekaan inderawi3 - 6‘Tunduk’ pada pengaruh orang dewasa3½ - 4½Perkembangan kemampuan menulis4 – 4½Perkembangan kemampuan fisik 4½ - 5½Perkembangan kemampuan membacaSumber: Hainstock, 1997:7 II. 2. Sensitive PeriodeMaria Montessori percaya bahwa manusia melalui serangkaian perkembangan dalam pembelajaran selama usia pra-sekolah. Usia pra-sekolahmenjadi salah satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada saatitu anaka mengalami perkembangan pesat. Masa penting pra-sekolah itu. KEISTIMEWAAN METODE MONTESSORI Di saat-saat kondisi dunia pendidikan Indonesia seperti ini, rasanya masih banyak saja wacana metode-metode sekolah yang berkembang di masyarakat. Kali ini ooh-gitu.com mencoba membahas salah satu wacana metode pendidikan usia dini, yakni Montessori. Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Jadi, orang tua juga harus hati-hati dalam memilih sekolah dengan metode ini. Lakukanlah survey, lihat kondisi sekolah dan bila perlu ikut "Trial" yang biasanya gratis untuk diikuti. Selain itu kesiapan anak dalam mengikuti pre-school juga merupakan aspek yang musti dilihat. Untuk apa keluar biaya mahal-mahal tapi hasilnya tidak optimal. Dari pantauan model sekolah Montessori yang ada, kecenderungan membentuk anak yang mandiri, berkembang dengan alami sesuai dengan minat/bakat, memupuk rasa percaya diri yang tinggi, membentuk budaya disiplin untuk pola hidup yang teratur, rapi dan bersih. Tidak mengherankan ada beberapa prinsip pengajaran yang berbeda bila dibandingkan dengan sekolah konvensional. Salah satunya adalah membiarkan anak melakukan aktifitas seni mewarnai sebebasnya dalam menentukan warna sebuah obyek. Misalnya, mereka bisa saja mewarnai awan dengan kuning, pohon dengan biru dan sebagainya. Kebebasan berekspresi akan memupuk rasa percaya diri dan membangun kreatiitas yang tinggi. Hal ini berbeda dengan jaman kita sekolah dulu selalu di "cekokin" warna awan harus putih, langit dengan biru dan sebagainya. Dalam hal seni tari, pada saat di panggung mereka juga dibiarkan bila melakukan kesalahan dan mereka tetap percaya diri di atas panggung. Itulah gambaran metode montessori yang mudah-mudahan bisa menjadi pertmbangan. Disebutnya dengan Sensitive Periode. Pada masa ini anak harus dilatih dalam pekerjaan praktis. Misalnya mengikat tali sepatu, mecuci piring, dan pekerjaanringan lainnya. Pekerjaan itu makin lama makin dipersukar dan disini kesabarananak makin bertambah. Orang dewasa hanya berperan sebagai pemimpinsekaligus pengawas, tetapi bukan guru. Berikut ini adalah hal-hal praktis yang biasa dilakukan di sekolah “Childrens House” milik Montessori: Alokasi Waktu Kegiatan 9:00 am10:00 am •Masuk. •Memberi salam. •Pemeriksaan kebersihan pribadi. •Latihan kehidupan praktis(saling membantu mengenakan celemek,dan pergi ke kelas untuk melihat bahwa segala sesuatu telah bersih danrapi. Kebahasaan: menceritakan kembali tentang kejadian kemarin. 10:00 am11:00 am •Istirahat sejenak. •Latihan intelektual. (latihan tatanama dan latihan logika) 11:00 am11:30 am •Senam sederhana (gerakan dilakukan dengan anggun, berdiri tegak, berjalan, berbaris rapi dalam antrean, salam, gerakan untuk perhatian) 11:30 am12:00 pm •Makan siang dan berdoa secara singkat.12:00 pm01:00 pm •Bebas bermain 01:00 pm02:00 pm •Permainan Outdoor. Selama periode ini pada gilirannya anak-anak yang lebih tua pergi melalui dengan latihan-latihan hidup praktis,(membersihkan ruangan, debu, menata rapi) 02:00 pm03:00 pm •Kerajinan tangan dan trampilan. Mendesain.03:00 pm04:00 pm •Senam dan bernyanyi bersama sebisa mungkin outdoor . •Latihan untuk mengembangkan pemikiran: Mengunjungi, danmerawat, tanaman dan hewan •Penutupan.

Daftar Blog Saya