iv style="padding:5px 20px; border:2px solid blue; font-size:21px; font-family:Cataneo BT;font-weight:bolder;">
Funny Comments Pictures

Minggu, 30 Desember 2012

GELOMBANG CINTA.Bag.1 DAYA TEMBUS MELEBIHI SINAR GAMMA Murni Tau Konjona Bulukumba Selasa, 27 Desember 2012 Hidup dan kehidupan, ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah samudera. Hidup adalah perjuangan, hidup adalah proses. Setiap proses ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui oleh sang peniti pejuang hidup. Dengan segala keunikan bentuk rupa, rasa, dan lainnya, sang maha Pencipta dengan kekuasaan-Nya menempatkan setiap insan ciptaan-Nya pada masing-masing titik tertentu dan menempati ruang yang maha luas tak terbatas dinding dimensi. Proses hidup dan kehidupan dilakoni masing-masing individu berdasarkan tujuan, hakekat, dan jatidiri menuju sang Maha Pencipta yang tiada duanya. Dunia ini panggung sandiwara, begitu banyak pelakon-pelakon kehidupan yang bertebaran di seantero bumi bahkan menjelajah sampai ke Bulan atau luar angkasa, semua punya peran tersendiri, carilah maka engkau akan menemukan apa yang kau mau. Dunia dengan segala keteraturan telah terkotak-kotak oleh para penguasa di Bumi ini, yang naotabene dialah sang jago dari semua yang ada di bumi sampai akhirnya semua tindakan apa itu halal maupun haram semuanya dicampuradukkan dalam mengemas bumi dan isinya, wallahu’alam bissawab.. Dinamika hidup dan kehidupan yang silih berganti dan diwarnai dengan ragam kehendak dan kebutuhan manusia, kadang keegoan manusia yang menjadi nomor satu tanpa melihat apa akibatnya terhadap bumi sebagai tempat melangsungkan hidup dan kehidupan yang semu. Alam yang diam tetapi sebenarnya dia hidup, bumi yang tidak bergerak tetapi sebenarnya dia berputar, berputar secepat kilat dalam 24 jam sehari semalam, terkadang tak disadari bahwa bumi ini butuh perawatan intensif seperti halnya tubuh manusia yang letih, lesuh, capek, dan jenuh jika seterusnya melakukan aktivitas. Pernahkah kita sadar jika alam yang kita huni saat ini memiliki rupa yang awalnya sangat-sangat indah dan elok??? Mungkin saja jika rupa itu tampak di depan mata kita saat ini, maka dia akan seperti wajah nenek yang sudah tak menampakkan keceriannya lagi, tidak memperlihatkan wajahnya yang berseri-seri, dia sudah usang, dia sudah letih, dia sudah layu,, mau kemana kita ? Tidak ada tempat lain kecuali di Alam sejati, itulah alam yang abadi. Dengan gelarnya sebagai bumi pertiwi, ibunda pertiwi tempat dimana semuanya dibesarkan, membesarkan, dan menjadikan besar, tentunya jika pertiwi bisa berbicara maka dia akan mengatakan: Berilah aku seteguk CINTAMU, dan AKU akan memberimu SEONGGOK KASIH yang dapat kau sebarkan kepada turunan sejatimu sampai AKU dan Suamiku SI LANGIT merapat menjadi satu kembali seperti rupaku sebelum aku dipisahkan dengan ruang dan waktu (kosmos).

Senin, 03 Desember 2012

AKADEMI KOMUNITAS PENGASUH PAUD

Kuliah Filsafat hari Selasa, 4 Desember 2012. Oleh: Dr. Karnadi,M.Pd Kuliah akhir,,,, implementasi filsafat ilmu pada dunia pendidikan sangat luar biasa. Dengan memilih CD filosofis dari lagu-lagu PAUD, maka secara tidak langsung mahasiswa pascasarjana UNJ jurusan PAUD telaH MEMENUHI 5 standar pendidikan: Kognitif, afektif, Motorik, performance, dan bahsa.
Dosen berharap agar perkuliahan filsafat mengantarkan mahasiswa berpikir eksfloratif, jadi tidak sulit.

Sabtu, 17 November 2012

contoh permainan anak usia dini yang dapat merangsang perkembangan bahasa pdf free ebook download from elearning.unesa.ac.id

contoh permainan anak usia dini yang dapat merangsang perkembangan bahasa pdf free ebook download from elearning.unesa.ac.id

kord.MBS STKIP Muhammadiyah MNKWARI

Manajemen Berbasis Sekolah, telah giatnya diintegrasikan ke tingkat satuan pendidikan dasar, khusus di SD Yapis 01 Manokwari dan SD 52 Sanggeng itu dijadikan sekolah binaan oleh tim pengembang MBS STKIP Muhammadiyah Manokwari yang pola pembinaan dilakukan berjangka dan sistem kredit dengan sistim waktu pendampingan 70 jam dari keseluruhan materi, baik teori maupun praktik. Pendampingan bagi guru yang mengajar di kelas awal dilatih untuk terampil mengajar tematik atau pembelajran terpadu karena anak yang duduk di kelas awal berpikrnya holistik integratif, apalagi tuntutan permendiknas bagi guru yang mengajar di kelas awal diharuskan mengajar dengan pendekatan tematik.
Untuk mata pelajaran seperti penjas, agama, dan kesenian diadakan pendekatan mapel yang pada prosesnya mengimplementasikan PAKEM,, anak belajar dengan senang dan penuh keceriaan.
anak dibiasakan menyapa dengan salam merupakan ciri khas dari Yapis 01 Manokwari, karakter religius ini dibangun sejak dini. Pendekatan mapel Agama Islam di sini sangat mendidik anak untuk menghargai dan menghormati antar sesama terlebih kepada orang tua dan guru.

Rabu, 14 November 2012

kunjungan ke sekolah binaan mbs stkip mm

tim monev dikti bersama tim mbs stkip berkunjung ke sekolah binaan mbs stkip mm
SD Yapis 01 Manokwari.

MONEV MBS DIKTI 8 - 10 NOP 2012

MBS KO TRA KOSONG,,,,ya,, itulah semboyang mbs stkip mm yang senantiasa menjadi bahan bakar semangat bagi timnya dalam berkiprah mengabarkan konsep mbs ke berbagai sekolah dasar di manokwari.
STRUKTUR MATERI WORKSHOP PROGRAM PENDAMPINGAN PADA SEKOLAH BINAAN POLA 70 JAM Program Mata Diklat Jumlah Jam Keterangan Teori Praktek A. Umum 1. Kebijakan Program Peningkatan Mutu PTK 2 - 1 JP = 45 menit 2. Program CLCC /MBS 2 B. Pokok 1. Paket Pembelajaran CLCC/MBS 2. Observasi Lapangan MBS 3. PAKEM 4. Pembelajaran Tematik 5. Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran 6. Pemanfaatan sumber belajar 7. Penilaian Berbasis Kelas 8. Praktik Membelajarkan Peserta Didik SD/MI SD SD 9. Peran Serta Masyarakat (PSM) 10.Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 4 3 10 7 3 4 6 4 4 C. Penunjang 1. Penyusunan Action Plan Kegiatan di Sekolah 2. Orientasi Diklat CLCC/MBS 1 1 2 21 49 Jumlah 70 JP Kord.MBS PGSD STKIP Muhammadiyah Manokwari Murniati,S.Si NIDN.12221174 01 Lampiran 1: Deskripsi Program Silabus Pendampingan MBS di Sekolah Binaan A. MATA DIKLAT UMUM No Mata Diklat Kompetensi Dasar Indikator Substansi/ Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar Waktu 1 Kebijakan Program Peningkat-an Mutu PTK Menjelaskan kebijakan program peningkatan mutu PTK • Menjelaskan berbagai kebijakan program peningkatan mutu PTK Kebijakan program peningkatan mutu PTK • Menyimak penjelasan tentang kebijakan program peningkatan mutu PTK • Tanya jawab tentang kebijakan program peningkatan mutu PTK - Renstra Ditjen PMPTK 2X45’ 2 Pengelola-an Pelatihan CLCC/ MBS Fase 2 Memahami program CLCC/ manajemen berbasis sekolah secara utuh dan mengimple-mentasikannya ke dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan • Mengidentifikasi kegiatan dalam pengembangan manajemen berbasis sekolah • Menjelaskan struktur program CLCC/manajemen berbasis sekolah. • Menjelaskan isi silabus pelatihan CLCC/manajemen berbasis sekolah. 1. Program pelaksanaan kegiatan CLCC/mana-jemen berbasis sekolah. 2. Struktur program CLCC/mana-jemen berbasis sekolah. 3. Silabus pelatihan CLCC/ MBS 1. Mengidentifikasi MBS dengan cara membaca Pedoman implementasi CLCC/,MBS Fase 2 2. Menuliskan pokok isi kegiatan ke dalam metaplan yang meliputi nama kegiatan, tujuan, waktu, fasilitator, peserta, dan mekanisme pelaksanaannya 3. Memetakan program manajemen berbasis sekolah melalui penyusunan metaplan sehingga membentuk alur/ bagan kegiatan pelaksanaan CLCC/MBS secara utuh, berjenjang, dan berkesinambungan. Produk Paket Pelatihan 5 Unit 1 Pedoman Implemen-tasi CLCC/ MBS Fase 2 2X45’’ B. MATA DIKLAT POKOK No Mata Diklat Kompetensi Dasar Indikator Substansi/ Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar Waktu 1 Paket Pembe-lajaran CLCC/ MBS Fase 2 Menjelaskan paket pembela-jaran CLCC/ MBS Fase 2 • Mengidentifi-kasi komponen-komponen paket pembelajar-an MBS Fase 2 • Mendeskripsi-kan isi komponen paket pembelajar-an MBS Fase 2 • Panduan implementasi MBS Fase 2 • Modul Pembelajaran Praktek jilid 1 dan 2 • Paket Pembelajaran Asyik dengan PAKEM (kelas awal, IPA, IPS, Bahasa Indonesia,dan Matematika) • Pilar 2; Peran serta masyarakat (PSM) dalam pendidikan • Pilar 3: MBS • Pedoman Pembelajaran kelas awal SD Contoh bahan ajar untuk kelas awal 1. Menelaah panduan implementasi MBS Fase 2 2. Mendiskusikan paket/modul pembelajaran MBS Fase 2 3. Pemajangan hasil diskusi kelompok tentang isi paket pembelajaran CLCC/MBS Fase 2 4. Tanya jawab esensi setiap paket pembelajaran CLCC Produk • Panduan imple-mentasi MBS Fase 2 • Paket/modul pem-belaja-ran 3X45’ 2 Observasi Lapang-an CLCC/ MBS Menganalisis prinsip-prinsip, peran dan pelaksanaan MBS di tigas pilar (CLCC, MBS,PSM secara langsung pada sekolah yang telah menerapkan MBS • Menganalisis data pelaksanaan MBS di sekolah sasaran • Mengungkap kesenjangan antara sekolah sendiri dengan sekolah sasaran • Menyusun rencana tindakan perbaikan (corrective action) sekolahnya sendiri • Perencanaan pelaksanaan dan evaluasi MBS • Perencanaan pelaksanaan dan evaluasi • Perencanaan pelaksanaan dan evaluasi PSM • Observasi langsung pelaksanaan 3 pilar MBS • Wawancara dengan kepala sekolah, guru, komite, paguyuban atau masyarakat sekitar sekolah • Diskusi hasil observasi • Pelaporan hasil observasi lapangan Paket pelatihan 1 unit 4 Indikator MBS yang ditetapkan oleh Depdiknas 5 x 45 menit 3 PAKEM Mempraktik-kan PAKEM • Menjelaskan alasan penerapan PAKEM dalam pembelajar-an • Mengidentifi-kasi komponen PAKEM • Mengidentifi=kasi karakteristik PAKEM • Memodelkan pembelajar-an berorientasi PAKEM 1. Pengertian PAKEM 2. Dasar pemikiran PAKEM 3. Prinsip Dasar PAKEM 4. Komponen PAKEM 5. Karakteristik PAKEM 6. Penerapan PAKEM 1. Modeling PAKEM 2. Curah pendapat tentang pengertian PAKEM berdasarkan pemodelan. 3. Tanya jawab tentang dasar pemikiran, prinsip dasar, dan komponen PAKEM, 4. Tanya jawab hasil simulasi, diarahkan pada pengorgani- sasian kelas dan teknik bertanya Produk Unjuk Kerja • Modul Pelatih-an Praktek yang baik jilid 1 & 2 • Paket Pelatih-an 1 Unit 6 A. 5 x 45’ 4 Pembel-ajaran Tematik Mendisain pembela-jaran tematik • Menjelaskan pengertian pembelajar-an tematik • Mengidentifi-kasi alasan perlunya tematik di kelas awal • Menjelaskan keunggulan pembelajar-an tematik di kelas awal • Menjelaskan rambu-rambu pembelajar-an tematik • Mendesain pembelajar-an tematik (analisis SK/KD, menentukan tema, merumuskan indikator, membuat jaringan tema, menyusun silabus dan RPP) 1. Hakikat pembelajaran tematik (pengertian, latar belakang, keunggulan dan rambu-rambu pembelajaran tematik) 2. Desain pembelajaran tematik (analisis SK/KD, menentukan tema, merumuskan indikator, membuat jaringan tema, menyusun silabus dan RPP) 1. Mendiskusikan hakikat pembelajaran tematik (pengertian, latar belakang, keunggulan, dan rambu-rambu pembelajaran tematik) 2. Mendesain pembelajaran tematik Produk Standar Isi SKL, Standar Proses, Standar Penilaian Naskah tentang Tematik BSNP 12X45’ Pembel-ajaran Tematik Mapel (IPA, IPS, Mtk, B. Ind) Menerapkan PAKEM dalam mapel yang diampu Merancang PAKEM dalam mata pelajaran IPA, IPS, Matemati-ka,dan Bahasa Indonesia PAKEM dalam mapel IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia • Menetapkan SK/KD • Mengembangkan indikator • Menentukan strategi/model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik topik mapel • Menyusun skenario pembelajaran berdasarkan model yang dipilih • Menyusun RPP Produk Paralel deng-an tematik 5 Pende-katan/ strategi/model-model pembe-lajaran Menerapkan pendekatan/ strategi/ model pembela-jaran • Mengidentifi-kasi model-model pembelajaran • Mendeskripsian model- model pembelajar- an • Membeda-kan model pembelajar-an PAKEM dan non PAKEM • Mendesain model pembelajar-an • Mensimulasi-kan model pembelajar-an • Model-model pembelajaran • 1. Menganalisis contoh model-model pembelajaran 2. Mendiskusikan karakteristik tiap model pembelajaran 3. Merancang skenario pembelajaran berdasarkan model yang dipilih 4. Simulasi model pembelajaran Produk Paket Pelatihan 2 Unit 7 Modul Pelatihan Praktik yang Baik Jilid 2 10x45’ 6 Peman-faatan sumber belajar Mengguna-kan sumber belajar relevan untuk mengem-bangkan pengalaman belajar peserta didik • Mengidentifi-kasi jenis sumber belajar • Membeda-kan sumber belajar, alat dan media • Menentukan sumber belajar yang relevan dengan standar isi. • Menentukan penggunaan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi yang dicapai • Keberagaman sumber belajar • Pengelolaan sumber belajar 1. Curah pendapat tentang Pengertian, sumber, alat belajar dan media dilanjutkan dengan inventarisasi berbagai sumber belajar 2. Menentukan sumber belajar yang relevan 3. Mengembangkan sumber belajar dan cara pemanfaatannya Naskah standar Paket pelatihan 1 unit 7 Hand out 4 x 45 menit 7 Penilai-an Berbasis Kelas Mengem-bangkan penilaian berbasis kelas • Menjelaskan konsep dasar penilaian berbasis kelas * Menjelaskan kan jenis- jenis penilaian berbasis kelas * Mengem bangkan Instumen penilaian berbasis kelas • Konsep dasar penilaian berbasis kelas Jenis-jenis penilaian berbasis kelas Instrumen penilaian berbasis kelas 1. Mendiskusikan konsep dasar dan jenis-jenis penilaian berbasis kelas 2. Menyusun berbagai rubrik penilaian berbasis kelas 3. Mempresentasikan hasil penyusunan rubrik penilaian berbasis kelas. Produk Paket Pelatihan 1 Unit 7 Paket Pelatihan 3 unit 6 Paket Pelatihan 4 unit 4 6x45’ 8 Praktik Membel-ajarkan di SD Mem-praktikkan PAKEM dalam pembela-jaran * Mempraktik- kan PAKEM • Praktik PAKEM 1. Mempraktikan PAKEM di SD 2. Membahas hasil praktik Unjuk kerja Pengala-man peserta 7X45’ 9 PSM a. Latar belakang, hakikat, dan dasar hukum Menjelaskan Latar belakang, hakikat, dan dasar hukum Peran Serta Masyarakat dalam mendukung SRA dan memenuhi kebutuhan belajar anak a. Menjelaskan latar belakang PSM b.Mendeskripsi-kan pengertian PSM c.Mengidentifikasi produk-produk hukum yang mendasari PSM d, Menjelaskan implikasi UU dan peraturan bagi masyarakat untuk mendukung SRA, menyenangkan dan memenuhi kebutuhan belajar anak -Latar belakang PSM -Deskripsi Pengertian PSM -Dasar hukum PSM (UU RI No.20 th. 2003 tetang Sisdiknas, UU Nomor 23 th.2002 tentang Perlindungan Anak ps. 26 - -Curah pendapat tentang latar belakang perlunya PSM dan pengertian/ hakikat PSM -Menganalisis produk hukum yang mendasari PSM melalui diskusi -Jenis: Proses dan Hasil -Alat: Penilaian Non Tes - Bentuk Instrumen: Rating Scale (Penilaian skala bertingkat) Paket Pelatihan dari CLCC dan MBE Project (Naskah Standar, hand out, Lembar Kerja) 5 x 45 menit b.Manfaat, Jenis dan Cara mendo-rong PSM Menjelaskan manfaat, Jenis dan cara Mendorong PSM a. Menjelaskan manfaat PSM b.Mengidentifika-si jenis-jenis PSM di sekolah c. Membanding-kan jenis-jenis PSM d. Menentukan cara mendorong PSM - Manfaat PSM - Jenis-jenis PSM - Cara mendorong PSM -Curah pendapat mengenai manfaat PSM -Diskusi kelompok mengidentifikasi dan membandingkan jenis-jenis PSM - Diskusi kelompok cara mendorong PSM dalam mendukung program sekolah -Saling kunjung antar kelompok untuk memberi masukan konstruktif -Presentasi kelompok c.Pengala-man sekolah melibat-kan peran serta masyara- kat Menjelaskan unsur-unsur masyarakat potensial yang membantu sekolah dalam rangka mewujudkan keberlangsungan program pendidikan di sekolah dan mewujudkan sekolah ramah anak a. Mengidenti-fikasi Unsur-unsur masyarakat potensial yang membantu sekolah b. Menyusun langkah kegiatan dalam rangka mewujudkan sekolah ramah anak dan langkah menyelesaikan masalah kekerasan di sekolah -Unsur-unsur masyarakat potensial yang membantu sekolah - Langkah kegiatan mewujudkan SRA dan langkah penyelesaian masalah kekerasan di sekolah - Mengkaji paparan nara sumber tentang pelaksanaan PSM di Sekolah Pendapat tentang unsur-unsur masyarakat potensial yang membantu sekolah - Langkah kegiatan dalam rangka mewujudkan sekolah ramah anak dan langkah penyelesaian masalah kekerasan di sekolah/ pelanggaran hak anak di sekolah d. Kreati- vitas dan strategi Implementasi Program Pember-dayaan PSM Mengembang-kan pola pikir yang beragam dari kebiasaan untuk implementasi program pem- berdayaan PSM a Mengidenti-fikasi berbagai strategi pelaksanaan program PSM secara lebih kreatif b.Menjelaskan strategi pelaksanaan Program PSM c. Menentukan strategi implementasi program pemberdayaan PSM Kreavitas dab Strategi Implementasi program Pemberdayaan PSM - Kerja kelompok mengidentifikasi berbagai strategi dan menentukan strategi implementasi program pemberdayaan PSM e Trans-paransi dan Akuntabili-tas Publik Pelaksanaan PSM Menjelaskan transparansi dan akuntabilitas publik dalam melaksanakan PSM a. Menjelaskan pentingnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam pelaksanaan PSM b. Menjelaskan cara-cara pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik pada pelaksanaan Program Pemberda-yaan PSM -Pengertian transparansi dan akuntabilitas publik pelaksanaan PSM -Cara-cara melaksanakan transparansi dan akuntabilitas publik pelaksanaan PSM -Curah pendapat tentang pengertian transparansi dan akuntabilitas publik pelaksanaan PSM MRPS dan RAPBS untuk dianalisis tentang mengapa dan bagaimana sekolah Phasil diskusi No Mata Diklat Kompetensi Dasar Indikator Substansi/ Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar Waktu 10 MBS Latar Belakang MBS Memahami latar belakang pentingnya MBS, • Menjelaskan pelbagai prakondisi pentingnya MBS • Menjelaskan MBS dalam kontek perubahan paradigma pendidikan 1. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yang terkait dengan MBS 2. UU Otonomi Daerah yang terkait dengan MBS 3. Standar Nasional Pendidikan yang terkait dengan MBS 1. Diskusi kelompok mengidentifikasi implikasi isi UU terhadap penyelenggaraan MBS. -Jenis: Proses dan Hasil -Alat: Penilaian Non Tes - Bentuk Instrumen: Rating Scale (Penilaian skala bertingkat) 1. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 2. UU Otoda 3. SNP 4. Bahan lain yang terkait 6 X 45 Mnt Hakikat MBS Memahami pengertian dan konsep MBS • Menjelaskan pengertian MBS dari berbagai sumber • Menjelaskan konsep MBS dari berbagai sumber • Menjelaskan pengertian dan konsep MBS yang berlaku di Indonesia 1. Pengertian tentang MBS 2. Konsep Dasar MBS Curah pendapat dan diskusi tentang pengertian, konsep MBS yang berlaku di Indonesi. Pedoman pelaksanaan MBS Buku 1, 2, dan 3 Dasar Hukum Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Memahami dasar hukum penyeleng-garaan MBS, PKH, PNP dan Pendidikan Inklusi • Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan MBS, PKH, PNP, SRA, dan Pendidikan Inklusi. • Mengidentifikasi nilai-nilai yang dikembangkan dalam pelaksanaan MBS, PKH,PNP,SRA, dan Pendidikan Inlusif • Mengidentifikasi dampak dari pelaksanaan MBS, terhadap pelayanan pendisikan di sekolah • Menjelaskan bentuk layanan dan kebutuhan sekolah yang mendukung PI, PKH dan inklusi. 1. Dasar hukum pelaksanaan MBS,PKH, PNP, SRA, dan Pendidikan Inklusi 2. Nilai-nilai dalam MBS, PKH, PNP, SRA, dan Pendidikan Inklusi 3. Tata layanan dan kebutuhan sekolah yang mendukung palaksanaan MBS, PKH, PNP, SRA, dan Pendidikan Inklusi 1. Curah pendapat dan diskusi tentang isi UU Sisdiknas, PP dan Kepmen yang relevan dengan prinsip MBS 2. Diskusi kelompok mengidentifikasi implikasi isi UU terhadap penyelenggaraan sekolah MBS,SRA, PKH, PNP dan inklusi. 3. Laporan hasil diskusi kelompok hasil analisis UU, PP di atas baik dari segi dasar, sanksi/konsekwensi 4. Diskusi kelompok untuk menentukan indikator sekolah yang telah inklusi, SRA, dan PKH, 5. Laporan hasil diskusi tindak lanjut dan analisis kebutuhan sekolah yg diperlukan untuk mendukung implementasi MBS, PKH, dan SRA Paket Pelatihan 5 Unit 15 Ciri-Ciri Manajemen Sekolah Mengidentifikasi ciri-ciri sekolah yang mengimple-mentasikan Manajemen Berbasis Sekolah • Mengidentifikasi tiga pilar dalam MBS • Mendeskripsikan ciri-ciri sekolah MBS • Membedakan antara karakteristik sekolah MBS dengan non MBS 4. Ciri-ciri sekolah yang menerapkan MBS 5. Ciri-ciri sekolah effektif, dan ideal 6. Perbandingan antara sekolah MBS dan non MBS 7. Identifikasi tiga pilar dalam MBS 1. Diskusi kelompok menemukan karakteristik sekolah MBS dan pilar-pilarnya 2. Curah pendapat tentang ciri-ciri sekolah ideal dan efektif 3. Melaporkan hasil diskusi kelompok tentang ciri-ciri sekolah MBS 4. Penegasan Paket pelatihan 1 unit 2 VCD player dan CD pelaksa-naan MBS di Indonesia. Foto-foto kegiatan MBS Prinsip Prinsip pelaksanaan MBS (Mutu, Otonomi, Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas) Memahami MBS dan implementasinya • Mengidentifikasi parameter mutu berdasar MBS • Mendiskripsikan pentingnya MBS dalam kontek otonomi daerah • Mendeskripsikan pentingnya partisipasi dalam pelaksanaan MBS • Mendeskripsikan pentingnya transparansi dalam pelaksanaan MBS • Mendeskripsikan pentingnya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS 1. Peran MBS untuk meningkatan mutu pendidikan 2. MBS dan Otonomi daerah 3. Pentingnya partisipasi dalam pelakansaan MBS 4. Pentingnya transparansi dalam MBS 5. Perlunya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS 1. Curah pendapat tentang prinsip pelaksanaan MBS yang mencakup mutu, otonomi, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas 2. Diskusi kelompok tentang prinsip pelaksanaan MBS yang mencakup mutu, otonomi, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas 3. Melaporkan hasil diskusi kelompok tentang prinsip pelaksanaan MBS yang mencakup mutu, otonomi, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Pedoman pelaksanaan MBS Buku 1, 2, dan 3 Kaji Ulang Pelaksanaan Program Manajemen Berbasis Sekolah Memahami dampak dan hasil pelaksanaan program MBS di sekolah • Menganalisis dampak positif dan negatif hasil program MBS • Menganalisis penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan program MBS • Menemukan solusi terhadap masalah kelemahan pelaksanaan MBS • Merumuskan tindak lanjut solusi 1. Keberhasilan program MBS 2. Ketidakberha-silan program MBS 3. Penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan program MBS 4. Solusi terhadap ketidak berhasilan program MBS 1. Sharing tentang pelaksanaan program MBS 2. Diskusi kelompok untuk menemukan keberhasilan dan ketidakberhasilan, faktor penyebab, solusi serta tindak lanjutnya 3. Melaporkan hasil diskusi dan tanggapan dari kelompok lain 4. Penyimpulan dan pemantapan Paket pelatihan 2 unit 2a Pengembangan Kultur Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah Memahami manajemen sekolah secara utuh yang mengimple-mentasikan PKH, nilai-nilai hidup, Pendidikan Pancasila, dan inklusi dalam kerangka manajemen berbasis sekolah • Mengidentikasi pelaksanaan manajemen sekolah • Mengkaitkan pelaksanaan manajemen sekolah dengan pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), PI, dan Ramah Anak • Merumuskan strategi dan solusi dalam implementasi manajemen sekolah yang mendukung PKH, PI, dan Ramah Anak • Merumuskan indikator keberhasilan implementasi Kecakapan Hidup (PKH), PI, dan Ramah Anak dalam Manajemen Sekolah (MS) 1. Identikasi pelaksanaan manajemen sekolah melalui studi kasus, film, atau observasi langsung 2. Kaitan pelaksanaan manajemen sekolah dengan pendidikan Kecakapan hidup (PKH) 3. Strategi dan solusi dalam implementasi manajemen sekolah yang mendukung PKH 4. Perumusan indikator keberhasilan implementasi muatan Kecakapan Hidup (PKH) dalam manajemen sekolah 1. Mengidentifikasi pelaksanaan manajemen sekolah yang melaksanakan MBS : • Kunjungan sekolah (alternatif 1) • Sharing pengalaman pelaksanaan manajemen sekolah (alternatif 2) • Studi kasus (alternatif 3) 2. Identifikasi segi positif dan negatif dalam implementasi PPKH,PNP, PI, dan Ramah Anak dalam manajemen sekolah 3. Strategi perbaikan implementasi PPKH, PNP, PI, dan Ramah Anak dalam manajemen sekolah 4. Diskusi kelompok merumuskan indikator keberhasilan implementasi PKH, PNP, PI, dan Ramah Anak dalam manajemen sekolah 5. Laporan dan rencana tindak lanjut Paket Pelatihan 2, Unit 1 Hasil Observasi dan interview Pedoman Pendidikan Kecakapan Hidup untuk SD, Depdiknas 2007 Kerangka Acuan Program PNP 2007 Program PNP Melallui penataan suasana sekolah, 2007 Penyusunan Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah Memahami, menyusun dan memperbaiki Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah secara transparan, akuntabel dan berkelanjutan • Memetakan profil sekolah dan menyimpulkan • Merumuskan kenyataan, harapan pemangku kepentingan, dan kesenjangan • Menyusun Visi, Misi dan tujuan sekolah • Mengidentifikasi dan menganalisa tantangan , kesenjangan, penyebab dan alternatif pemecahan • Memetakan sasaran/program • Menyusun alokasi pendanaan • Menyusun program tahunan • Menyusun RKAS • Merumuskan kegiatan dan penjadwalan kegiatan • Menyusun pelaporan 1. Profil Sekolah 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 3. Tantangan dan kesenjangan 4. Penyebab dan alternatif pemecahan 5. Program Kegiatan dan jadwal 6. Menyusun alokasi biaya 7. Menyusun RKAS 8. Menyusun diskripsi RKS 1. Diskusi untuk menyimpulkan profil sekolah. 2. Diskusi merumuskan kenyataan , harapan dan kesenjangan/ tantangan 3. Diskusi untuk mengidentifikasi penyebab dan alternatif pemecahan masalah. 4. Diskusi merumuskan Vis,Misi dan Tujuan sekolah (Analisa yang ada) 5. Menyusun skala prioritas sasaran 6. Menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan serta target pencapaian jangka panjang, jangka menengah (renstra) 7. Menyusun kegiatan dan jadwal 8. Menyusun alokasi biaya 9. Merevisi RKS dan RKAS 10. Menyusun laporan pelaksanaan RPS dan APBS yang akuntabel dan transparan. Paket Pelatihan 1 Unit 5a dan 5b Paket pelatihan 4 Unit 1 Modul Pelatihan RPS Jawa Timur Dokumen RPS dan RAPBS dari peserta Profil Data sekolah Data sekolah C. MATA DIKLAT PENUNJANG No Mata Diklat Kompetensi Dasar Indikator Substansi/ Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar Waktu 1 Penyusunan Action Plan Kegiatan di gugus Menyusun action plan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan di gugus - Mengidentifikasi Program Pengelolaan Program CLCC/MBS yang akan dilakukan di gugus - Menjelaskan program pengelolaan CLCC/MBS yang akan dilaksanakan di gugus - Merancang program pengelolaan CLCC/MBS di gugus Rancangan Pengelolaan CLCC/MBS di Gugus Latihan menyusun Action Plan tentang Pengelolaan CLCC/MBS di gugus 3 x 45 menit 2 Orientasi TOT CLCC/ MBS Tingkat Propinsi Menjelaskan tentang program TOT CLCC/MBS yang diikuti selama 10 hari Menjelaskan skenario proses kegiatan TOT CLCC/MBS Menjelaskan berbagai kegiatan dalam TOT CLCC/MBS Menjelaskan out put TOT CLCC/MBS Pedoman pelaksanaan TOT CLCC/MBS Menyimak informasi pelaksanaan program TOT CLCC/MBS Tanya jawab tentang program CLCC/MBS 1 x 45 menit

Selasa, 30 Oktober 2012

I. SIAPAKAH ANAK USIA DINI ITU? Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (http:www.naey.org) yang merupakan individu yang sementara mengalami proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental menuju kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia ini, merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Bentuk perlakuan yang diberikan pada usia anak disini harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki untuk setiap perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dan pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Rentang usia ini sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen diri anak, selain itu juga anak mampu menyerap informasi yang cukup tinggi. Rentang usia dini bagi anak adalah masa peka, masa egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan, oleh karena itu sebaiknya rentang usia ini diberi: a. Kesempatan untuk bermain dengan menunjukkan permainan yang dapat memicu munculnya masa peka /menumbuhkembangkan potensi anak. b. Pengertian secara bertahap agar menjadi mahluk social yang baik mengingat masa disini adalah masa egosentris yang seolah-olah dialah yang paling benar, selalu mau menang sendiri, dan harus selalu dituruti. c. Contoh atau panutan yang baik, mengingat pada usia ini proses peniruan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya tanpak semakin meningkat (termasuk tontonan TV). d. Keluwesan bermain di luar rumah bersama temannya, agar anak dapat lebih bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan social sekitarnya e. Kebebasan bereksplorasi, agar anak dapat bebas memanfaatkan benda-benda sekitarnya meskipun melakukan trial and error (anak adalah penjelajah ulung). f. Waktu pendinginan (cooling down), usia dini adalah masa anak membangkang, olehnya itu disarankan bagi orang tua/orang dewasa agar tidak memarahi anak pada saat terjadi pembangkangan karena pada masa ini pasti dilalui oleh setiap anak. II. DIMANA SAJA LEMBAGA PAUD ? Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah tersebar diberbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun atau sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional pada Bab VI pasal 28 menyatakan bahwa: a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. b. Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. c. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat. d. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat. e. PAUD pada jalur pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga. III. SIAPA PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKNYA ? Pendidik di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus di bidang keusiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang pendidik PAUD adalah : a. Memiliki charisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan. b. Memiliki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. c. Memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas secara professional. Peraturan pemerintah Nomor 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa pendidik Anak Usia Dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Sosok utuh kompetensi professional guru PAUD, dijabarkan dalam kompetensi akademik guru PAUD berikut: a. Mengenal anak secara mendalam b. Memahami perkembangan anak (mengenali, mengidentifikasi kebutuhan, potensi serta permasalahannya). c. Menyelenggarakan kegiatan belajar melalui bermain yang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadi yang utuh (wawasan pendidikan dan pembelajaran anak, bidang pengembangan). d. Memiliki kebiasaan untuk mengembangkan professionalitas secara berkelanjutan. IV. BAGAIMANA BELAJAR ANAK USIA DINI ? Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistematik yang lebih dikenal dengan pendekatan system “ system Approach”, yang di dalamnya terdapat komponen: anak, lembaga/departemen/instansi terkait, lembaga PAUD(Posyandu, BKB,TPA, KB,TK, dan TK Al-Qu’ran), orang tua, masyarakat, serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang ikut berperan. Program layanan PAUD berbentuk program yang meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal yang meliputi: kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa/berkomunikasi, daya cipta/kreatifitas, daya pikir/kecerdasan, perasaan/emosi/disiplin, kemadirian, kemampuan bermasyarakat, keterampilan (motorik halus) dan jasmani (motorik kasar). Materi kesehatan diintegrasikan ke materi yang relevansi. Program pembelajaran di lembaga PAUD bertujuan untuk : a. Meningkatkan keyakinan dalam beragama b. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak c. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional d. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa f. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman g. Mengembangkan kordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni h. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani Bentuk pelaksanaan pembentukan perilaku adalah: kegiatan rutin, yang dilakukan setiap hari selama proses berlangsung dari awal sampai akhir serta kegiatan spontan, kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga ketika suatu kondisi terjadi. Jakarta, 19 September 2012 Mahasiswa Pascasarjana UNJ Murniati M No.Reg.7516120258
I. SIAPAKAH ANAK USIA DINI ITU? Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (http:www.naey.org) yang merupakan individu yang sementara mengalami proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental menuju kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia ini, merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Bentuk perlakuan yang diberikan pada usia anak disini harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki untuk setiap perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dan pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Rentang usia ini sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen diri anak, selain itu juga anak mampu menyerap informasi yang cukup tinggi. Rentang usia dini bagi anak adalah masa peka, masa egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan, oleh karena itu sebaiknya rentang usia ini diberi: a. Kesempatan untuk bermain dengan menunjukkan permainan yang dapat memicu munculnya masa peka /menumbuhkembangkan potensi anak. b. Pengertian secara bertahap agar menjadi mahluk social yang baik mengingat masa disini adalah masa egosentris yang seolah-olah dialah yang paling benar, selalu mau menang sendiri, dan harus selalu dituruti. c. Contoh atau panutan yang baik, mengingat pada usia ini proses peniruan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya tanpak semakin meningkat (termasuk tontonan TV). d. Keluwesan bermain di luar rumah bersama temannya, agar anak dapat lebih bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan social sekitarnya e. Kebebasan bereksplorasi, agar anak dapat bebas memanfaatkan benda-benda sekitarnya meskipun melakukan trial and error (anak adalah penjelajah ulung). f. Waktu pendinginan (cooling down), usia dini adalah masa anak membangkang, olehnya itu disarankan bagi orang tua/orang dewasa agar tidak memarahi anak pada saat terjadi pembangkangan karena pada masa ini pasti dilalui oleh setiap anak. II. DIMANA SAJA LEMBAGA PAUD ? Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah tersebar diberbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun atau sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional pada Bab VI pasal 28 menyatakan bahwa: a. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. b. Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. c. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat. d. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat. e. PAUD pada jalur pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga. III. SIAPA PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKNYA ? Pendidik di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus di bidang keusiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang pendidik PAUD adalah : a. Memiliki charisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan. b. Memiliki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. c. Memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas secara professional. Peraturan pemerintah Nomor 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa pendidik Anak Usia Dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Sosok utuh kompetensi professional guru PAUD, dijabarkan dalam kompetensi akademik guru PAUD berikut: a. Mengenal anak secara mendalam b. Memahami perkembangan anak (mengenali, mengidentifikasi kebutuhan, potensi serta permasalahannya). c. Menyelenggarakan kegiatan belajar melalui bermain yang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadi yang utuh (wawasan pendidikan dan pembelajaran anak, bidang pengembangan). d. Memiliki kebiasaan untuk mengembangkan professionalitas secara berkelanjutan. IV. BAGAIMANA BELAJAR ANAK USIA DINI ? Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistematik yang lebih dikenal dengan pendekatan system “ system Approach”, yang di dalamnya terdapat komponen: anak, lembaga/departemen/instansi terkait, lembaga PAUD(Posyandu, BKB,TPA, KB,TK, dan TK Al-Qu’ran), orang tua, masyarakat, serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang ikut berperan. Program layanan PAUD berbentuk program yang meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal yang meliputi: kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa/berkomunikasi, daya cipta/kreatifitas, daya pikir/kecerdasan, perasaan/emosi/disiplin, kemadirian, kemampuan bermasyarakat, keterampilan (motorik halus) dan jasmani (motorik kasar). Materi kesehatan diintegrasikan ke materi yang relevansi. Program pembelajaran di lembaga PAUD bertujuan untuk : a. Meningkatkan keyakinan dalam beragama b. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak c. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional d. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa f. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman g. Mengembangkan kordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni h. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani Bentuk pelaksanaan pembentukan perilaku adalah: kegiatan rutin, yang dilakukan setiap hari selama proses berlangsung dari awal sampai akhir serta kegiatan spontan, kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga ketika suatu kondisi terjadi. Jakarta, 19 September 2012 Mahasiswa Pascasarjana UNJ Murniati M No.Reg.7516120258
Metode Montessor By : Murniati,M Disampaikan pada : Diskusi Panel kelompok tanggal 31 oktober 2012 di UNJ A. PENDAHULUAN Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim. Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program pembelajaran untuk anak usia dini. B. PEMBAHASAN Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Sejarah Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori. Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi. Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA). 1. Perkembangan Anak Usia Dini Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). 4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan. Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat. 2. Pembelajaran Pada Taman kanak-Kanak Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain. Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah: 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. 2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya 4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan 5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari 6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun 7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung 8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri. Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak. Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun. Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut: a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan mampu membaca pada usia 3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 % pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya. Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreaktif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. . Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar. Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan. Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif, tak pernh diam dan berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari. C. KESIMPULAN Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak. 2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. 3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu: a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik, b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain. c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis. e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi. 4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka. HIDUP BERMASYARAKAT II.1. Masa Emas Menurut MontessoriMenurut Montessori pembabakan masa usia seperti ini memperjelas pemahaman tentang perkembangan anak. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Tabel: Masa ‘Emas’ Menurut Montessori USIA ANAK (tahun)PERIODE PERKEMBANGAN Lahir-3 Perkembangan kepekaan inderawi dan pikiran yang sudah dapatmenyerap stimulus melalui panca indera1 ½ - 3Perkembangan kepekaan dan kemampuan berbahasa (menirukan, berkomunikasi dua arah)1 ½ - 4Perkembangan kordinasi dan gerakan ototTertarik dengan objek-objek yang kecil2 – 4Pematangan kordinasi gerakanPeduli/mempertanyakan kebenaran dan kenyataanSadar akan ruang dan waktu2½ - 6Pematangan pada kepekaan inderawi3 - 6‘Tunduk’ pada pengaruh orang dewasa3½ - 4½Perkembangan kemampuan menulis4 – 4½Perkembangan kemampuan fisik 4½ - 5½Perkembangan kemampuan membacaSumber: Hainstock, 1997:7 II. 2. Sensitive PeriodeMaria Montessori percaya bahwa manusia melalui serangkaian perkembangan dalam pembelajaran selama usia pra-sekolah. Usia pra-sekolahmenjadi salah satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada saatitu anaka mengalami perkembangan pesat. Masa penting pra-sekolah itu. KEISTIMEWAAN METODE MONTESSORI Di saat-saat kondisi dunia pendidikan Indonesia seperti ini, rasanya masih banyak saja wacana metode-metode sekolah yang berkembang di masyarakat. Kali ini ooh-gitu.com mencoba membahas salah satu wacana metode pendidikan usia dini, yakni Montessori. Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Jadi, orang tua juga harus hati-hati dalam memilih sekolah dengan metode ini. Lakukanlah survey, lihat kondisi sekolah dan bila perlu ikut "Trial" yang biasanya gratis untuk diikuti. Selain itu kesiapan anak dalam mengikuti pre-school juga merupakan aspek yang musti dilihat. Untuk apa keluar biaya mahal-mahal tapi hasilnya tidak optimal. Dari pantauan model sekolah Montessori yang ada, kecenderungan membentuk anak yang mandiri, berkembang dengan alami sesuai dengan minat/bakat, memupuk rasa percaya diri yang tinggi, membentuk budaya disiplin untuk pola hidup yang teratur, rapi dan bersih. Tidak mengherankan ada beberapa prinsip pengajaran yang berbeda bila dibandingkan dengan sekolah konvensional. Salah satunya adalah membiarkan anak melakukan aktifitas seni mewarnai sebebasnya dalam menentukan warna sebuah obyek. Misalnya, mereka bisa saja mewarnai awan dengan kuning, pohon dengan biru dan sebagainya. Kebebasan berekspresi akan memupuk rasa percaya diri dan membangun kreatiitas yang tinggi. Hal ini berbeda dengan jaman kita sekolah dulu selalu di "cekokin" warna awan harus putih, langit dengan biru dan sebagainya. Dalam hal seni tari, pada saat di panggung mereka juga dibiarkan bila melakukan kesalahan dan mereka tetap percaya diri di atas panggung. Itulah gambaran metode montessori yang mudah-mudahan bisa menjadi pertmbangan. Disebutnya dengan Sensitive Periode. Pada masa ini anak harus dilatih dalam pekerjaan praktis. Misalnya mengikat tali sepatu, mecuci piring, dan pekerjaanringan lainnya. Pekerjaan itu makin lama makin dipersukar dan disini kesabarananak makin bertambah. Orang dewasa hanya berperan sebagai pemimpinsekaligus pengawas, tetapi bukan guru. Berikut ini adalah hal-hal praktis yang biasa dilakukan di sekolah “Childrens House” milik Montessori: Alokasi Waktu Kegiatan 9:00 am10:00 am •Masuk. •Memberi salam. •Pemeriksaan kebersihan pribadi. •Latihan kehidupan praktis(saling membantu mengenakan celemek,dan pergi ke kelas untuk melihat bahwa segala sesuatu telah bersih danrapi. Kebahasaan: menceritakan kembali tentang kejadian kemarin. 10:00 am11:00 am •Istirahat sejenak. •Latihan intelektual. (latihan tatanama dan latihan logika) 11:00 am11:30 am •Senam sederhana (gerakan dilakukan dengan anggun, berdiri tegak, berjalan, berbaris rapi dalam antrean, salam, gerakan untuk perhatian) 11:30 am12:00 pm •Makan siang dan berdoa secara singkat.12:00 pm01:00 pm •Bebas bermain 01:00 pm02:00 pm •Permainan Outdoor. Selama periode ini pada gilirannya anak-anak yang lebih tua pergi melalui dengan latihan-latihan hidup praktis,(membersihkan ruangan, debu, menata rapi) 02:00 pm03:00 pm •Kerajinan tangan dan trampilan. Mendesain.03:00 pm04:00 pm •Senam dan bernyanyi bersama sebisa mungkin outdoor . •Latihan untuk mengembangkan pemikiran: Mengunjungi, danmerawat, tanaman dan hewan •Penutupan.

METODE MONTESSORI

Metode Montessori By : Murniati,M Disampaikan pada : Diskusi Panel kelompok tanggal 31 oktober 2012 di UNJ A. PENDAHULUAN Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim. Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program pembelajaran untuk anak usia dini. B. PEMBAHASAN Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Sejarah Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori. Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi. Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA). 1. Perkembangan Anak Usia Dini Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). 4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan. Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat. 2. Pembelajaran Pada Taman kanak-Kanak Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain. Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah: 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. 2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya 4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan 5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari 6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun 7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung 8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri. Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak. Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun. Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut: a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan mampu membaca pada usia 3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 % pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya. Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreaktif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. . Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar. Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan. Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif, tak pernh diam dan berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari. C. KESIMPULAN Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak. 2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu. 3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu: a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik, b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain. c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis. e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi. 4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka. HIDUP BERMASYARAKAT II.1. Masa Emas Menurut MontessoriMenurut Montessori pembabakan masa usia seperti ini memperjelas pemahaman tentang perkembangan anak. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Tabel: Masa ‘Emas’ Menurut Montessori USIA ANAK (tahun)PERIODE PERKEMBANGAN Lahir-3 Perkembangan kepekaan inderawi dan pikiran yang sudah dapatmenyerap stimulus melalui panca indera1 ½ - 3Perkembangan kepekaan dan kemampuan berbahasa (menirukan, berkomunikasi dua arah)1 ½ - 4Perkembangan kordinasi dan gerakan ototTertarik dengan objek-objek yang kecil2 – 4Pematangan kordinasi gerakanPeduli/mempertanyakan kebenaran dan kenyataanSadar akan ruang dan waktu2½ - 6Pematangan pada kepekaan inderawi3 - 6‘Tunduk’ pada pengaruh orang dewasa3½ - 4½Perkembangan kemampuan menulis4 – 4½Perkembangan kemampuan fisik 4½ - 5½Perkembangan kemampuan membacaSumber: Hainstock, 1997:7 II. 2. Sensitive PeriodeMaria Montessori percaya bahwa manusia melalui serangkaian perkembangan dalam pembelajaran selama usia pra-sekolah. Usia pra-sekolahmenjadi salah satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada saatitu anaka mengalami perkembangan pesat. Masa penting pra-sekolah itu. KEISTIMEWAAN METODE MONTESSORI Di saat-saat kondisi dunia pendidikan Indonesia seperti ini, rasanya masih banyak saja wacana metode-metode sekolah yang berkembang di masyarakat. Kali ini ooh-gitu.com mencoba membahas salah satu wacana metode pendidikan usia dini, yakni Montessori. Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. Jadi, orang tua juga harus hati-hati dalam memilih sekolah dengan metode ini. Lakukanlah survey, lihat kondisi sekolah dan bila perlu ikut "Trial" yang biasanya gratis untuk diikuti. Selain itu kesiapan anak dalam mengikuti pre-school juga merupakan aspek yang musti dilihat. Untuk apa keluar biaya mahal-mahal tapi hasilnya tidak optimal. Dari pantauan model sekolah Montessori yang ada, kecenderungan membentuk anak yang mandiri, berkembang dengan alami sesuai dengan minat/bakat, memupuk rasa percaya diri yang tinggi, membentuk budaya disiplin untuk pola hidup yang teratur, rapi dan bersih. Tidak mengherankan ada beberapa prinsip pengajaran yang berbeda bila dibandingkan dengan sekolah konvensional. Salah satunya adalah membiarkan anak melakukan aktifitas seni mewarnai sebebasnya dalam menentukan warna sebuah obyek. Misalnya, mereka bisa saja mewarnai awan dengan kuning, pohon dengan biru dan sebagainya. Kebebasan berekspresi akan memupuk rasa percaya diri dan membangun kreatiitas yang tinggi. Hal ini berbeda dengan jaman kita sekolah dulu selalu di "cekokin" warna awan harus putih, langit dengan biru dan sebagainya. Dalam hal seni tari, pada saat di panggung mereka juga dibiarkan bila melakukan kesalahan dan mereka tetap percaya diri di atas panggung. Itulah gambaran metode montessori yang mudah-mudahan bisa menjadi pertmbangan. Disebutnya dengan Sensitive Periode. Pada masa ini anak harus dilatih dalam pekerjaan praktis. Misalnya mengikat tali sepatu, mecuci piring, dan pekerjaanringan lainnya. Pekerjaan itu makin lama makin dipersukar dan disini kesabarananak makin bertambah. Orang dewasa hanya berperan sebagai pemimpinsekaligus pengawas, tetapi bukan guru. Berikut ini adalah hal-hal praktis yang biasa dilakukan di sekolah “Childrens House” milik Montessori: Alokasi Waktu Kegiatan 9:00 am10:00 am •Masuk. •Memberi salam. •Pemeriksaan kebersihan pribadi. •Latihan kehidupan praktis(saling membantu mengenakan celemek,dan pergi ke kelas untuk melihat bahwa segala sesuatu telah bersih danrapi. Kebahasaan: menceritakan kembali tentang kejadian kemarin. 10:00 am11:00 am •Istirahat sejenak. •Latihan intelektual. (latihan tatanama dan latihan logika) 11:00 am11:30 am •Senam sederhana (gerakan dilakukan dengan anggun, berdiri tegak, berjalan, berbaris rapi dalam antrean, salam, gerakan untuk perhatian) 11:30 am12:00 pm •Makan siang dan berdoa secara singkat.12:00 pm01:00 pm •Bebas bermain 01:00 pm02:00 pm •Permainan Outdoor. Selama periode ini pada gilirannya anak-anak yang lebih tua pergi melalui dengan latihan-latihan hidup praktis,(membersihkan ruangan, debu, menata rapi) 02:00 pm03:00 pm •Kerajinan tangan dan trampilan. Mendesain.03:00 pm04:00 pm •Senam dan bernyanyi bersama sebisa mungkin outdoor . •Latihan untuk mengembangkan pemikiran: Mengunjungi, danmerawat, tanaman dan hewan •Penutupan.

Minggu, 23 September 2012

MERANGKAI MIMPI MENJADI KENYATAAN

My Leave’s Parth II : Merangkai Mimpi Menjadi Kenyataan (M3K) I. MIMPI JILID I Mulai masuk ke dunia pendidikan pada tahun 1981 dan duduk di bangku SD, karena pada waktu itu TK dan sejenisnya belum terlalu dilirik oleh masyarakat, di kampungku waktu itu hanya ada satu TK yang dikembangkan oleh ibu-ibu PKK tapi yang masuk disitu sebagian besar adalah anak kalangan masyarakat yang berada(red.kaya). Sekalipun umurku pada saat itu masih 5 tahun, tapi begitu melihat anak-anak sekitarku asyik berseragam merah-putih, maka akupun mulai ikut-ikutan meskipun hanya menggunakan pakaian biasa dan buku yang aku gunakan adalah kertas kosong yang aku kumpulkan menjadi satu dengan cara menjahitnya yang kuambil dari bekas buku kakakku yang duduk di Bangku SMP. Aku ikut bergabung belajar dengan mereka, setiap hari kulakukan hal serupa, jika guru mengabsen namaku tidak disebut karena memang aku belum terdaftar. Terasa sangat polos dan banyak cerita. Masih teringat teman sebangku di kelas ini yang selalu bertanya sebelum pelajaran dimulai, “ nni, kau cita-citamu nanti mau menjadi apa”? saya menjawabnya terlalu banyak : saya mau jadi polwan, mau jadi guru, mau jadi perawat, dan mau jadi dosen. Tahun ke dua, aku pun resmi menjadi murid di SD itu, karena pelajaran di kelas satu ini aku telah ikut selama satu tahun, maka tak heran jika aku menjadi penyandang rangking satu di kelas ini. Teman-temanku banyak yang mau belajar denganku hingga aku adakan belajar keliling ke rumah-rumah mereka dan dibuatkan jadwal. Jika giliran belajar di rumahku, maka semua harus siap-siap tanggung resiko hitam lubang hidungnya akibat asap lampu pelita yang digunakan sebagai penerangan pada waktu belajar. Temanku kadang tidak menggubris hal itu, karena mereka umumnya baik hati dan tidak sombong, apalagi mau belajar dari aku. Ada banyak guru yang mengajar kami disini, semua punya cara membimbing dan mengajar yang berbeda, Ibu Kartini…ya,, nama itu sangat aku ingat dan sampai sekarang pun aku terus mencarinya. Ibu kartini ini adalah guru di kelas 2, jika ke sekolah beliau mengendarai motor sendiri (motor vesva namax warna merah), jika beliau lewat depan rumahku dengan lajunya, aku sempat melihat gayanya yang sangat anggun memainkan stir palagi klo sampai di tikungan. Melihat gaya ibu ini, muncul dalam pikiranku,” klo aku besar nanti, aku juga harus memiliki motor dan bisa mengendarai dengan laju(1), memutar stir dengan anggun dan aduhai,,,,”. Penampilannya yang ke ibuan dengan stelan rok se lutut dan atasan yang serasi membuat ibu ini semakin memesona di mata muridnya terutama bagiku. Ada lagi satu, bapak kepala sekolahku yang juga pada saat itu mengajarkan Bahasa Daerah (red.lontara’yang sekarang sudah tidak diajarkan lagi), namanya Pak Bunna (alm), beliau ini sosok pemimpin yang sangat bijaksana, dari beliau lah aku banyak mendapatkan bantuan pendidikan gratis, beasiswa murid berprestasi, beasiswa anak kurang mampu, dan banyak hadiah-hadiah lainnya yang aku dapatkan dari bapak ini. Saat aku duduk di bangku kelas lima, aku selalu mewakili sekolahku lomba cerdas cermat PMP (pendidikan moral pancasila), aku paling senang jika diikutkan lomba-lomba seperti ini, nyaris semua pasal-pasal UUD 45 kuhapal, 36 butir pancasila, Pembukaan UUD 45 serta maknanya,..dan masih banyak lagi,,semua itu aku kuasai. Lomba menyanyikan lagu-lagu pahlawan ( selendang sutera, dan himne guru) aku pun selalu juara, meskipun hanya juara III, tapi ya,,puas juga rasanya. Dari prestasi ini, bapak kepala sekolahku memberikan hadiah terbesar ke aku yaitu dibebaskan dari pembayaran SPP selama duduk di Bangku SD ini sampai tamat, dan Alhamdulillah janji – janji itu terbukti hingga aku menyelesaikan pendidikanku di SD 87 Buttakeke ini. Orang tuaku yang hanya petani biasa tentu sangat bangga melihat prestasiku apalagi mengurangi beban mereka, yang memang perekonomian keluargaku sangat di bawah standar. Dengan hanya mengandalkan hasil kebun, membiayai dan menghidupi sepuluh orang anak, bisa dibayangkan, tapi dengan ketulusan dan kesabaran, hingga semua proses kehidupan di keluargaku ini juga terlewatkan tanpa ada rasa penyesalan. (1)Mimpi jilid 1 II. MIMPI JILID II Tahun dimana aku lulus dari SD 1987, bersamaan didirikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang gedungnya menggunakan sekolahku (SD) dan kepala sekolahnya juga kepala sekolahku di SD, sekolah ini disebut SMP TERBUKA dan masuk siang, tetapi aku tetap memilih sekolah di tempat ini sekalipun di dekatnya ada SMPN yang cukup terkenal tapi bagiku tidak terlalu pengaruh, yang jelas aku masih ingin sama bapak kepala sekolahku di SD. Selama tiga tahun di SMP TERBUKA ini aku pun dibebaskan dari pembayaran SPP dan biaya lainnya karena lagi-lagi prestasi dan alasan kurang mampu ekonomi. Seiring pertumbuhan dan perkembangan emosi, aku mulai tanpak sedikit berani membangkam ke orang tua dalam hal pengadaan lampu listrik, karena pada saat itu sudah mulai ada listrik masuk desa dan sudah banyak tetanggaku yang mendaftar penyambungan kabel ke rumahnya. Masih kuingat biaya pemasangannya pada saat itu sekitar 350 ribu rupiah, besaran yang cukup berarti di lingkungan ekonomi keluargaku saat itu, namun karena aku memaksakan juga maka orang tuaku rela menjual tanah/kebun cengkeh demi memenuhi kemauanku saat itu. Senang rasanya aku beserta saudaraku yang lain karena suasana rumahku sudah terang, belajar sudah nyaman, lubang hidung sudah tidak hitam lagi, dan pelan-pelan perubahan hidup mulai terasa. Sekalipun listrik sudah tersambung ke rumahku, tapi Televisi tidak mampu dibeli, karena sisa uang hasil penjualan kebun setelah ongkos penyambungan listrik, itu digunakan untuk membeli tripleks sebagai bahan membuat kamar/sekat antara tempat tidur aku, kakak, dan orang tuaku. Aku mulai merasakan hidup yang agak berbeda karena rumahku sudah terkotak-kotak sehingga jika ada tamu yang berkunjung, pandangannya tidak lagi tertuju langsung di tempat tidur, tempat makan, tempat belajar, dan lain-lain. Di kampungku saat itu, hanya ada satu keluarga yang memiliki TV hitam putih 14 inci, yang jaraknya kurang lebih 400 m dari rumahku, jadi setiap aku mau nonton maka aku harus ke sana dan syukur-syukur kalau yang punya rumah mau buka pintu rumahnya, jika tidak maka keinginanku untuk nonton tertunda. Duduk di kelas tiga, pemikiranku sedikit dewasa. Kuberanikan diri menyampaikan keinginanku ini kepada Orang tuaku (bapakku) karena bicara dengan bapak lebih cepat diterima dibandingkan dengan mamaku saat itu. Keinginanku untuk melanjutkan sekolah ke SMA jika aku tamat dari SMP, aku mau ke kota pak(2), karena anak-anak di kota cepat-cepat berkembang dan ngetrend, apalagi di kota banyak yang bisa dilihat dan dipelajari. Apa jawabannya dari bapakku,” kenapa mau jauh-jauh ke kota sekolah, disini juga ada sekolah, kau mau tinggal sama siapa, ongkosmu lagi itu kalau di kota lebih besar jika sekolah di desa. Mendengar uraian itu, aku jadi sedih dan sangat sedih karena keinginanku untuk hidup di kota lagi-lagi tertunda. Karena karakterku sepertinya keras, maka pada saat itu aku nekad mau kabur dari rumah (pakainku sudah kumasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam). (2)mimpi jilid 2 Waktunya ujian akhir SMP pun tiba, ada kisah disini yang perlu aku garis bawahi yaitu nilai akhirku (NEM) anjlok dan sangat mengecewakan orang tuaku dan tentunya juga aku. Tapi dari kejadian ini yang menyurutkan keinginanku untuk ke kota bersekolah SMA dan mau tidak mau tetap di desa karena NEM tidak mencukupi. SMAN Tanete, ya. Inilah sekolah yang menampung aku yang kualitasnya cukup diperhitungkan juga pada saat itu. Mulai berbaur dengan teman baru dari berbagai asal sekolah SMP, semua menceritrakan kisahnya dan harapan mereka kelak jika selesai dari sekolah ini. Di kelas satu SMA (sekarang kelas X), kita masih dikelompokkan berdasarkan NEM dari SMP sehingga aku ditempatkan di kelas satu B. Tak mau terkalahkan dengan teman yang lain, maka aku harus semakin giat belajar agar bisa mendapatkan lagi sekolah gratis alias beasiswa, tapi lain dari yang lain, disini yang berprestasi tetap harus membayar Uang SPP bulanan sebesar tiga puluh ribu rupiah. Banyak kisah –kasih yang teruntai di sini, mulai dari cinta monyet kata orang sampai ke gaf-gaf yang menjadi sumber motivasi bagi kami semua untuk berkompetisi secara sehat. Aku sangat menyukai pelajaran matematika dan fisika saat itu, jadi kelompokku diberi nama “Einstein Junior 12” yang anggotanya ada 7 orang, 5 laki-laki dan 2 perempuan satu diantaranya adalah aku. Bangga dan rasa cinta aku dengan teman tim Einstein junior, maka kami sepakat membuat baju kaos yang bertuliskan “ WE ARE THE GENERATION OF ALBERT EINSTEIN”. Hingga di dinding kelas kami banyak terpajang poster-poster yang berkaitan dengan masing-masing kelompok, guru pun merasa senang jika masuk di kelasku. Naik ke kelas dua, kami dikelompokkan berdasarkan peringkat dari kelas satu dan Alhamdulillah aku dimasukkan ke kelas dua IPA/1. Kelas ini adalah rangkuman dari yang terpintar dari tiap kelas waktu kelas satu jadi semakin besar persaingan dan tantangan. Sekali lagi harus sportif dan bersaing yang sehat. Jika kita berada di tengah-tengah orang yang kuat maka kita termotivasi untuk menjadi kuat, dan jika kita berada di tengah – tengah orang yang biasa-biasa saja, maka kita juga akan biasa-biasa saja dan tidak akan pernah ada usaha untuk semakin berkembang. Sangat terasa persaingan di sini, karena memang mereka berasal dari keluarga besar guru dan staf di Sekolah ini, yang ujung-unjungnya nilai ditentukan oleh guru itu sendiri. Aku terpukul jauh dengan prestasi, anjlok ke peringkat 23 dari 35 siswa yang dulunya di kelas satu sempat peringkat ke dua. Mulai aku down dan rasa malas belajar mulai bercokol dalam hatiku. Ada yang aneh disini, soalnya setiap kali ada tugas pe-er matematika dan fisika, yang rangking satu, dua,,itu minta nyontek ke aku,, tapi kok bisa ya ? ya itulah permainan hidup. Menjelang ulangan sumatif (ujian kenaikan kelas), semua siswa yang belum melunasi SPP bulanan dipanggil ke ruang Bendahara termasuk aku. Jika kamu tidak melunasi SPP yang bulan ini maka kamu tidak diikutkan ujian besok. Hatiku terpukul mendengar hal ini, dan tidak mungkin aku sampaikan ini ke orang tuaku karena aku tau mereka pasti tidak punya uang sebanyak ini. Lagi-lagi buah cengkeh yang jadi sasaran, kupanjat pohon cengkeh sore itu yang tumbuh di belakang rumahku sekalipun buahnya belum layak tuk dipanen, tapi apa boleh buat daripada aku tidak ikut ujian besok,, ya lebih baik ambil jalan ini. Alhamdulillah hasil panenku ada sekitar 3 Kg lebih yang dihargai saat itu 5.300/Kg nya, jadi terkumpul uangku sekitar 16 ribu, aduh masih kurang, dalam hatiku bertanya aku bisa dapat darimana lagi ya? Pagi sudah mulai, aku pun ke sekolah dengan membawa peralatan ujian dan uang SPP sebesar 16 ribu tadi. Bel tanda masuk sudah berbunyi, semua siswa sudah memasuki ruangan yang telah diatur panitia. Aku pun juga masuk dan duduk pada posisi yang telah ditentukan. Di tengah asyiknya aku mengerjakan soal bahasa Indonesia saat itu, bendahara sekolah muncul dan menyebut namaku kalau harus menghadap ke kepala sekolah sekarang juga. Ini pasti ada hubungannya dengan pembayaran SPP ku yang belum lunas, pikirku dalam hati. Ada satu orang temanku yang mengikuti saya ke ruang kepala sekolah saat itu, silahkan duduk,, kata kepala sekolahku… . Aku duduk berdempetan dengan temanku tadi, sambil berhati-hati dan deg-deg-an menunggu apa yang mau disampaikan kepala sekolahku ke aku. Pelan kepala sekolahku menyampaikan kalau aku dibebaskan dari beban pembayaran SPP karena bapakku anggota Veteran RI, tersentak aku mendengarnya seakan-akan tidak percaya. Temanku kaget tapi gembira mendengar perkataan kepala sekolah ini, betul ki ini pak? Tanyaku ke kepala sekolah. Iya nak, ini hadiah khusus anak pejuang RI (veteran). Bahkan selain dibebaskan dari SPP, aku juga diberi uang saku setiap bulannya 70ribu rupiah, subhanallah. Hadiah kali ini betul-betul menyadarkan aku kalau nantinya aku berhasil dan menjadi orang yang besar, maka aku akan menjadi Pahlawan yang mau berjuang melawan kebodohan dan memberantas kemiskinan (3). Menjadi motivator kuat bagiku dengan mendapatkan beasiswa Veteran, diberi tunjangan bulanan lagi dari veteran, maka aku semakin gigih berjuang dan terus berjuang untuk bisa meraih prestasiku yang sempat anjlok. Kekuatan itu mengalir terus dalam tubuhku ibarat cash, aku sudah di cash dengan energy dan darah para pejuang terdahulu yang dengan semangat yang berapi-api dan bekerja keras memperjuangkan NKRI sekalipun nyawa taruhannya. Yess, aku harus maju!!!. Kejadian ini aku sampaikan kepada bapakku dengan perasaan dan semangat 45, namun sekali lagi tanggapan dari bapakku lagi-lagi sangat sederhana,,hehehe,,,saya dulu mau sekolah tinggi seperti kamu, tapi kita ditangkap dan malah dibunuh jika dilihat sama tentara belanda, makanya saya sekolahnya hanya sampai SR kala itu (setara SD) SR sekolah rakyat, itupun sudah cukup, makanya sekarang kamu semua harus sekolah biar habis tanah di jual yang penting kamu mau sekolah tinggi-tinggi. Betapa sedih hatiku saat kudengar uraian bapakku ini, sambil berbicara panjang lebar, aku mulai mengeluarkan air mata membayangkan betapa susahnya hidup di zaman bapakku dulu. Bulan yang sama, gaji veteran bapakku pun mulai diterima, artinya menambah pemasukan dan mengurangi beban keluarga. Tapi aku heran juga, mengapa saudaraku yang lainnya tidak mengalami hal serupa denganku, padahal aku sama-sama anak veteran? Yah,,,lagi-lagi garis kehidupan. Tahun 1993, aku tamat di SMA ini, dan Alhamdulillah dengan nilai yang cukup memuaskan peringkat tiga dari 35 siswa di kelas IPA/1. Tapi nilai ini tidak membantu untuk memasuki ke jenjang perguruan tinggi. (3)mimpi jilid 3 III. MIMPI YANG BERULANG Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke kota besar (ujungpandang, sekarang makasar) kali ini sudah di depan mata. Aku diizinkan oleh Orang tuaku untuk masuk dan mendaftar di UNHAS. Aku memilih jurusan IPC (IPA/IPS) dengan memilih jurusan arsitektur, kesehatan, dan pilihan ke tiga farmasi. Keinginan dan harapan lagi-lagi tidak selaras dengan kenyataan yang kuhadapi. Setelah pengumuman hasil tes SIPENMARU diumumkan hasilnya, tidak kudapatkan namaku tertulis dikoran yang sengaja ku beli waktu pagi. Kuulangi berkali-kali jika sempat ada tercecer namaku di tempat lain..tapi tetap tidak kutemukan. Aku sudah bertekad kalau tahun ini aku mau melanjutkan pendidikan di kota besar. Aku mendaftarkan diri di Lembaga kursus bahasa Inggris dengan biaya yang cukup besar juga. Alhamdulillah, aku diterima dan selama satu tahun modal bahasa inggrisku cukup membantu untuk mendaftar yang ke dua kalinya di UNHAS. Kesempatan kedua ini, aku memilih jurusan IPA saja yaitu Matematika dan fisika, atas permintaan kakakku, kak Riah, kau ambil saja fisika pilihan ke dua karena biasanya yang banyak lulus itu di pilihan keduanya. Tanpa pertimbangan aku langsung mengisi formulir yang sudah kubayar sebesar 175ribu rupiah. Iya, bukan kah waktu SMA dulu aku paling senang dengan pelajaran yang dua ini? Yess, aku harus lulus. Sebulan setelah tes, tibalah saatnya aku beli Koran FAJAR yang memuat nama-nama yang dinyatakan lulus. Kubuka halaman yang memuat nama: tidak ada namaku di jurusan matematika, yah,,,kucari ke fisika dan ternyata di situlah namaku tertulis: Murniati M (no.ujian aku lupa)…namaku ada…namaku ada…alhamdulillah ya Allah namaku ada…. Maka pada tahun 1994 inilah aku resmi menjadi mahasiswa UNHAS fakultas MIPA jurusan Fisika. bersambung ke episode berikutnya: semuanya berawal dari mimpi.

Daftar Blog Saya